Rabu, 19 Mei 2010

HIV

HIV

39,5 juta; 4,3 juta; dan 2,9 juta manusia. Alangkah indahnya kalau angka-angka ini menceritakan kabar baik. Sialnya tidak. Angka pertama menunjukan pengidap HIV di dunia hingga tahun 2006. Angka kedua menunjukan pengidap baru HIV pada tahun 2006. Angka yang terakhir bercerita lebih seram lagi: penderita AIDS yang meninggal pada tahun 2006.

HIV, virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, kontan masuk jajaran salah satu pembunuh manusia terbesar sepanjang jaman. Maka tak heran ketika kalender menjejak tanggal Satu Desember-hari anti HIV/AIDS sedunia-, orang ramai-ramai turun ke jalan, membuat seminar hingga menggelar pertunjukan yang intinya menyerukan ajakan untuk meredam penyebaran virus maut ini.

Di Belanda sendiri peringatan hari anti HIV/AIDS sedunia itu sudah digeber sejak satu pekan sebelum tanggal Satu Desember. Dihentak lewat pagelaran Dance4Life yang kemudian disambung dengan berbagai acara khusus yang membahas HIV/AIDS. Puncaknya beberapa lokasi di Amsterdam dilaksanakan acara unjuk kepedulian terhadap penderita HIV/AIDS, serta upaya pencegahan maupun penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Kota-kota besar di Eropa juga diselenggarakan acara serupa. Aksi lain yang dilakukan berupa mengenakan pita merah tanda peduli. Bono, musisi terkenal U2 membuat himbauan via internet. Ia meminta perhatian atas wabah HIV/AIDS terutama di Afrika. AIDS di Belanda tahun 2006 membunuh 80 orang. Ini turun drastis dibanding akhir 90an yang menewaskan 444 orang.

Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia? Data resmi Departemen Kesehatan pada tahun 2006 menunjukan 11.604 orang menderita HIV/AIDS. "Dalam triwulan terakhir saja terjadi penambahan kasus sebanyak 655 AIDS dan 90 HIV!" urai Fahmi Arizal menegaskan lonjakan angka. Aktivis anti HIV/AIDS pada organisasi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia ini sangsi apakah angka resmi itu bisa mewakili jumlah sebenarnya. "Soalnya banyak yang tidak melapor mas!" ujar Fahmi. Kalau melihat jumlah maka ibukota Jakarta menduduki peringkat tertinggi. 33 persen kasus terjadi di Jakarta. Papua menduduki peringkat kedua, kemudian Jawa Timur, Jawa Barat-Banten dan Bali. "Cuma kalau dilihat dari jumlah kasus per penduduk maka Papua sangat tinggi!" tukas Fahmi. "51 persen dari 100 ribu penduduknya mengidap HIV/AIDS!"

Perkembangan yang menjadi perhatian khusus aktivis anti HIV/AIDS ini adalah meningkatnya penularan melalui pemakaian bersama jarum suntik pecandu narkoba. "Tingkatnya kini seimbang dengan penularan lewat hubungan seks!" tegas Fahmi. Jadi pendapat umum di Indonesia bahwa HIV/AIDS adalah penyakit seksual runtuh sudah. Dalam catatan Perserikatan Bangsa Bangsa kenaikan terbesar di Asia dalam hal penularan HIV terjadi lewat tukar menukar jarum suntik pecandu narkoba. Ini berbeda dengan Afrika yang jumlah penularan tertinggi terjadi lewat hubungan seks.

Moral versus medis
Perubahan pola penularan di Indonesia mendorong aktivis anti HIV/AIDS memikirkan cara-cara baru pencegahan. Yang jelas nampaknya kampanye moral-agama saja tidak cukup. "Mereka yang sudah beresiko tinggi, saya pikir, pendekatan medis yang harus ditingkatkan!" ujar Fahmi. Tapi ini tidak mudah. Kampanye ATM Kondom-mesin penjual kondom- mengundang caci maki bahkan aksi kekerasan kelompok-kelompok penjujung moral dan agama. Demikian juga ketika aksi membagi jarum suntik steril bagi pecandu narkoba. Ini jadi ladang cemooh berbagai kalangan. Mungkin pikirnya, masa sih perbuatan melanggar norma dan hukum malah difasilitasi.

Romo Berti pemimpin Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Katolik di Roma, Italia, menyesalkan berbagai sikap yang tak mendukung upaya pencegahan penyebaran HIV lewat pendekatan medis. "Gereja harusnya tidak kaku berprinsip bahwa yang ini tidak boleh, yang ini tidak boleh, dan harus hanya ini!" jelasnya. Prinsip yang dikedepankan adalah hormat kepada nilai kemanusiaan. Persoalannya, demikian Romo Berti buru-buru menambahkan, sejauh mana kita menilai pendekatan medis ini menghormati nilai-nilai kemanusian. Ia memberi contoh penggunaan kondom dalam konteks keluarga. Suami istri dalam ikatan pernikahan yang sah, kalau demi kesehatan pasangan maka penggunaan kondom tak dipersoalkan.

Pendekatan medis sulit
Akan tetapi Romo Berti, yang juga sering melakukan kampanye kemanusiaan, mengakui bahwa Vatikan sebagai lembaga agama Katolik secara universal tak mungkin mendukung kampanye penggunaan kondom sebagai upaya memerangi penyebaran HIV. Dia menyerahkan kebijakan itu kepada gereja-gereja lokal. "Kemendesakan situasi lokal membuat gereja berbicara dalam kampanye-kampanye pencegahan lewat cara medis," tukasnya. Sedikit berbeda, Ismail Yusanto dari Hizbut Tahrir Indonesia, menekankan ketaatan beragama sebagai cara pencegahan penyebaran penyakit HIV/AIDS. "Pendekatan medis kalau tidak didasari prinsip-prinsip agama pasti akan menemui kegagalan!" serunya. Karena itu Ismail setuju dengan sikap Katolik yang menolak mendukung kampanye penggunaan kondom.

Melihat itu, nampaknya, upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS lewat pendekatan medis masih harus menapaki jalan terjal. Terlebih lagi harapan seperti yang dituangkan Fahmi Arizal. Ia sebelum ini mengusulkan agar tokoh moral dan tokoh agama, yang punya jutaan umat, turut bersuara mengkampanyekan pendekatan medis. Walau begitu Fahri tidak berkecil hati. Sebab di luar perbedaan yang ada, semuanya sepakat penyebaran HIV/AIDS harus dicegah. Romo Berti, misalnya, menegaskan bahwa pemimpin umat harus melakukan kampanye hidup sehat. Demikian juga Ismail Yusanto yang menekankan ketaatan agama sebagai upaya menangkal HIV/AIDS. Pola apapun yang ditempuh, semuanya tetap sepakat HIV/AIDS harus HABIS!

ampai detik ini belum ada vaksin yang sanggup mencegah atau mengobati HIV AIDS. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk melakukan pencegahan HIV terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pemahaman terhadap proses penularan merupakan kunci dari pencegahannya. Disini saya sampaikan tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV AIDS.

  • Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan (insyaallah di posting selanjutnya saya bahas masalah penularan HIV AIDS), sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan kerabat.
  • Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.
  • Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU ( injection drug user).
  • Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan kondom saat berhubungan seks *ya iyalah, masak pas makan pake kondom?* cukup efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui seks.
  • Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi. (insyaallah dibahas pada posting selanjutnya).
  • Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi, sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.

ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

Oleh : dr. Adi Sasongko, MA
(Yayasan Kusuma Buana, Jakarta)


  • PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA :

Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981.

Menurut UNAIDS(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak.

Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

  • POLA PENULARAN VIRUS AIDS :

Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.

Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.

Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.

  • SIAPA YANG RAWAN TERHADAP VIRUS AIDS ? :

Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada "kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.

  • PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS :

Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.

Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.

Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun.

Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.

Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang.
Saat ini penyebarannya adalah :

    • Afrika Sub-sahara : 14 juta
    • Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta
    • Asia Timur-Pasifik : 35.000
    • Timur Tengah : 200.000
    • Karibia : 270.000
    • Amerika Latin : 1,3 juta
    • Eropa Timur - Asia Tengah : 30.000
    • Australia : 13.000
    • Eropa Barat : 470.000
    • Amerika Utara : 780.000

Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.

  • PENCEGAHAN AIDS :

Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.

Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.

  • PREDIKSI YANG AKAN DATANG :

Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara.

Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.

Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.

Penurunan infeksi HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.

  • TAHAPAN PANDEMI AIDS :

Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.

Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.

Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur.

Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.

  • KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :

Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.

Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi "menampung", dan alat reproduksi wanita sifatnya "masuk kedalam" dibandingkan pria yang sifatnya "menonjol keluar". Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.

Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.

Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.

Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS.

Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

  • SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA :

Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.

Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan kita.

Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.

Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.

Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global).

  • PENGOBATAN DAN VAKSINASI :

Pertemuan Konperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1996 yl melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan.

Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000 - US$ 25.000/tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5 - 3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi.

Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10% pengidap HIV yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara bermakna.

Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainyaoun ditemukan vaksin untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi (80%) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara berkembang.

Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu.

  • KESIMPULAN :

Upaya pencegahan tetap lebih baik dan cost-effective dibandingkan dengan upaya pengobatan. Untuk itu perlu dimasyarakatkan upaya pencegahan AIDS bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk untuk kelompok remaja-mahasiswa.

Pencegahan HIV/AIDSOleh arixs

Senin, 10-December-2007, 14:00:20

1461 klik

Sampaikan Kisah ini kepada Temanmu

Versi Cetak

KITA tidak bisa mengetahui siapa yang mengidap virus HIV dari penampilan atau tanda tertentu. Virus HIV hanya dapat diketahui dari tes darah dan belum ada obat pencegah HIV. HIV yang mengakibatkan AIDS hidup pada cairan tubuh terutama di dalam darah, air mani, cairan kemaluan wanita, dan ASI. Virus ini akan menular melalui :

1. Hubungan seks lewat vagina, dubur atau mulut tanpa menggunakan kondom dengan orang yang mengidap HIV.
2. Alat suntik yang pernah dipakai orang lain yang mengidap HIV seperti jarum suntik, tindik, tatto atau alat sunat.
3. Ibu yang tertular HIV kepada bayi terutama dalam proses kelahiran atau lewat ASI.
4. Menerima transfusi darah dengan darah yang mengandung HIV.

HIV tidak menular melalui:
1. Air mata, keringat, kencing, dan ludah.
2. Gigitan serangga seperti nyamuk.
3. Mandi dalam kolam renang atau menggunakan WC untuk umum.
4. Tinggal serumah, menggunakan alat makan, minum, pakaian yang telah dipakai pengidap HIV.
5. Pergaulan sehari-hari seperti berciuman, mencuci alat-alat dan pakaian milik pengidap HIV dan kegiatan sehari-hari lainnya. Dengan demikian kita tidak perlu takut untuk melakukan kegiatan sosial, bekerja atau hidup di sekitar atau dengan pengidap HIV.

Pencegahan HIV/AIDS tergantung pada perilaku kita. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tidak melakukan hubungan seks samasekali.
2. Setia pada pasangan tetap atau suami/isteri dan tidak berganti-ganti pasangan seks.
3. Kalau tidak saling setia selalu gunakan kondom tiap melakukan hubungan seks baik hubungan lewat vagina, dubur, atau mulut.
4. Tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum suntik.
5. Kita perlu selalu mengikuti perkembangan informasi AIDS melalui kegiatan membaca, berbicara tentang AIDS untuk meningkatkan pengetahuan.

Kiriman KPA Daerah Provinsi BaliBagaimana infeksi HIV dapat dicegah?

Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:

  • berpantang seks
  • hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
  • seks non-penetratif
  • penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar


Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:

  • Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
  • Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.


Apakah "seks aman" itu?

Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.
Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV?

Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki.

Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.

Bagaimana cara memasang kondom pria?

  • Kondom berpelumas lebih sedikit kemungkinan untuk robek saat dikenakan atau digunakan. Pelumas berbasis minyak, seperti vaselin, hendaknya tidak digunakan karena dapat merusak kondom.
  • Hanya buka bungkusan berisi kondom saat akan digunakan, kalau tidak kondom akan mengering. Berhati-hatilah agar kondom tidak rusak atau sobek ketika anda membuka bungkusnya. Bila kondom ternyata sobek, buang kondom tersebut dan buka bungkusan yang baru.
  • Kondom dikemas tergulung dalam bentuk lingkaran gepeng. Pasanglah kondom yang tergulung itu di ujung penis. Peganglah ujung kondom di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan udara supaya keluar dari ujung kondom. Tindakan ini akan menyisakan ruang untuk tempat cairan semen setelah terjadinya ejakulasi. Tetap pegang ujung kondom dengan satu tangan. Dengan tangan yang satunya, gulunglah sepanjang penis yang berereksi ke arah rambut kemaluan. Jika pria pemakai tidak disunat, ia harus menarik kulup ke arah pangkal penis sebelum menggulung kondom.
  • Bila kondom tidak cukup berpelumas, pelumas berbasis air (seperti silikon, gliserin, atau K-Y jelly) dapat ditambahkan. Bahkan air ludah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelumas. Pelumas yang terbuat dari minyak-minyak goreng atau lemak, minyak bayi atau minyak mineral, jeli berbasis bahan turunan minyak bumi seperti vaselin dan olesan lainnya - hendaknya jangan digunakan karena dapat merusak kondom.
  • Setelah berhubungan seks, kondom perlu segera dilepaskan secara benar.
  • Segera setelah si pria pemakai mengalami ejakulasi, ia harus menahan pada ujung dekat pangkal penis untuk memastikan agar kondom tidak terlepas.
  • Kemudian, si pria harus menarik keluar penisnya selagi masih dalam keadaan ereksi.
  • Ketika penis mengecil kembali, lepaskan kondom dan buanglah kondom pada tempat yang tepat. Jangan membuang kondom ke dalam toilet dan menyentornya dengan air.
  • Bila anda akan melakukan hubungan seks lagi, gunakan kondom baru, dan ulangi proses di atas dari awal.
    Apakah kondom perempuan?
    Kondom perempuan merupakan metode kontrasepsi pertama dan satu-satunya yang dikendalikan oleh perempuan. Kondom perempuan adalah sarung yang terbuat dari bahan polyuretan yang kuat, lembut, dan tembus pandang yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seks. Kondom tersebut sepenuhnya mengikuti bentuk vagina dan karenanya dengan penggunaan yang benar dan konsisten, ia akan memberikan perlindungan dari kemungkinan hamil sekaligus infeksi menular seksual (IMS). Kondom perempuan tidak memiliki risiko dan efek samping, dan tidak memerlukan resep atau intervensi dari staf perawatan kesehatan.

    Bagaimana cara memasang kondom perempuan?
  • Ambil kondom dari dalam bungkus pelindungnya. Bila dipandang perlu, tambahkan pelumas ekstra pada cincin-cincin kondom bagian dalam dan luar.
  • Untuk memasukkan kondom, berjongkoklah, duduk dengan kedua lutut terbuka lebar, atau berdirilah dengan satu kaki bertumpu di atas bangku kecil atau kursi rendah. Pegang kondom dengan bagian ujung yang terbuka menghadap ke arah bawah. Sambil memegang cincin atas "kantung" (ujung kondom yang tertutup), pencet cincin diantara ibu jari dan jari tengah.
  • Kemudian letakkan jari telunjuk di antara ibu jari dan jari tengah. Dengan jari-jari dalam posisi tersebut, jagalah agar bagian ujung kondom tetap terjepit dalam bentuk lonjong pipih. Gunakan tangan yang satunya untuk membuka bibir vagina dan masukkan ujung "kantung" yang tertutup.
  • Setelah ujungnya masuk, gunakan jari telunjuk anda untuk mendorong "kantung" sampai ke ujung vagina. Pastikan bahwa ujung kondom telah terletak melewati tulang kemaluan anda dengan menekukkan jari telunjuk ke arah atas setelah jari berada beberapa inci di dalam vagina. Anda dapat mengenakan kondom perempuan maksimal delapan jam sebelum melakukan hubungan seksual.
  • Pastikan bahwa kondom tersebut tidak terpelintir dalam vagina anda. Jika demikian, keluarkan, berikan satu atau dua tetes cairan pelumas dan masukkan kembali. Catatan: Kira-kira satu inci dari ujung kondom yang terbuka akan berada di luar tubuh anda. Jika pasangan anda memasukkan penisnya di bawah atau di sebelah kantung, mintalah ia untuk menarik keluar kembali. Copot kondomnya, buang dan gunakan yang baru. Sampai anda dan pasangan anda terbiasa dengan kondom perempuan, akan sangat berguna jika anda menggunakan tangan anda untuk membantu memasukkan penisnya ke vagina.
  • Setelah pasangan anda berejakulasi dan menarik keluar penisnya, pencet dan putar ujung kondom yang terbuka agar sperma tidak tumpah. Keluarkan perlahan-lahan. Buanglah kondom bekas tersebut (namun jangan membuangnya ke lubang toilet).
  • Tidak disarankan untuk menggunakan ulang kondom perempuan.

    Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat mengurangi risiko tertular HIV?

    Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
  • Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
  • Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
  • Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
  • Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
  • Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.
  • Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah?

    Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

    Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
  • Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
  • Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
  • Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.

Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh seorang petugas kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting perawatan kesehatan?

Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.

Kewaspadaan Universal meliputi:

  • Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
  • Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
  • Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
  • Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.

Selain itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya.

Apa yang harus dilakukan bila anda menduga bahwa anda telah terekspos HIV?

Bila anda menduga bahwa anda telah terpapar HIV, anda hendaknya mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya anda benar terinfeksi HIV. Ironi Pencegahan HIV/AIDS

By tabloidminijejak

Jejak 01/Desember 2007
Akibat Intim Dengan Sejenis alias AIDS. Istilah itu dulu begitu populer dan menjadi horor bagi masyarakat dunia. Maklum, penyakit yang menggerogoti sistem imun tubuh itu pertama-tama ditemukan pada pelaku homoseksual. Penyakit mematikan itu belum ditemukan obatnya hingga kini. Tak heran, kampanye pencegahan HIV/AIDS terus digencarkan.

Apalagi, kini penularan HIV/AIDS tak sekadar akibat hubungan intim dengan sejenis, melainkan sudah mendera “orang-orang tak berdosa”. Seperti istri/suami oleh pasangan sahnya atau bayi oleh ibunya. Makanya, salah satu isu kampanye pencegahan HIV/AIDS adalah penghapusan berbagai bentuk diskriminasi perlakuan terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Propaganda ini bertujuan untuk menghilangkan stigma negatif bahwa ODHA pasti para pelaku maksiat.

Atas dasar ini, maka para ODHA hendaknya diperlakukan sama sebagai manusia. Harus dirangkul, jangan dikucilkan dan masyarakat kudu berbaur dengan mereka. Bahkan, rumah sakit-rumah sakit yang kedatangan para pasien ODHA tak boleh lagi memisahkan ruang perawatannya dengan pasien penyakit umum lainnya.

Di sinilah ironinya. Maunya mencegah penularan HIV/AIDS, tapi malah membuka peluang terjadinya penularan HIV/AIDS secara cepat. Sudah jelas ini penyakit menular, kok malah disuruh berinteraksi dengan mereka. Sudah jelas ini penyakit mematikan, kok malah tidak dikarantina. Memang, berinteraksi dengan ODHA sekadar salaman bisa jadi tak sampai menularkan virus HIV. Sebab penularan
HIV yang paling efektif adalah melalui hubungan seks atau jarum suntik yang terinveksi virus HIV. Tapi, apakah ada jaminan 100 persen aman bila pasien HIV/AIDS berbaur dengan pasien penyakit lain atau orang sehat?

Bandingkan dengan pasien flu burung yang diisolasi sedemikian rupa. Bahkan ketika sudah meninggal dunia, semua pengantar jenazahnya wajib memakai masker. Padahal, penularan antarmanusia belum terbukti, kecuali penularan dari ayam yang terinveksi virus H5N1 kepada manusia. Tapi, untuk kasus flu burung, mengapa tak disebut sebagai bentuk perlakuan diskriminasi? Mungkin juga benar, tak semua ODHA pelaku maksiat. Namun, toh mereka terinveksi virus HIV dari orang-orang yang dahulu juga pelaku maksiat. Seperti istri/suami dari pasangan yang mantan pecandu narkoba atau pasangan yang dulu suka gonta-ganti pasangan, dll.

Jadi, kalau ditelusuri, maka perilaku maksiat yang melanggar tatanan Allah Swt itulah yang menjadi sumber munculnya HIV/AIDS. Karena itu, tinggalkan kemaksiatan! Dan bagi ODHA, sudah selayaknya sebagai wabah mematikan, mereka dikarantina. Tentu tetap dengan diberikan hak-hak hidupnya secara layak. Demikianlah solusi Islam.[asri]

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV AIDS

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kab.Banyuwangi

Apakah AIDS itu?

Aids Singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome artinya kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena hilangnya kekebalan tubuh, sistem kekebalan tubuh berfungsi melawan kuman atau virus yang masuk kedalam tubuh. Penderita AIDS terserang berbagai penyakit, karena sistem kekebalan tubuhnya telah rusak.

Apa Penyebab AIDS ?

AIDS disebabkan oleh virus Human Immuno Deficiency Virus (HIV), yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. Karena hanya ada sejumlah cara penularan HIV/AIDS, bukankah pencegahan HIV merupakan masalah sederhana untuk menghindari terpapar resiko terinfeksi virus tersebut ?

Memang benar bahwa HIV tidak gampang ditularkan dan infeksi HIV dicegah. Namun, bentuk utama penularan HIV melalui hubungan seks-melibatkan tingkah laku yang sangat pribadi yang seringkali sulit diubah, khususnya setelah dilakukan dalam waktu.

Pencegahan efektif tergantung pada bebarapa prinsip yang sudah terbukti :

● INFORMASI AKURAT. Untuk menghindari penularan virus tersebut, kita harus tahu bagaimana HIV ditularkan – dan tidak menularkan.

● RENCANA PRIBADI. Setelah anda mengetahui tentang HIV dan AIDS, anda pasti berfikir mengenai cara-cara yang busa membuat rencana untuk menghindarinya. Karena setiap pribadi itu unik, anda perlu menyesuaikan rencana pencegahan anda dengan lingkungan sekitar anda. Bagi sebagian diantara kita, khususnya perempuan, rencana pencegahan kita mungkin harus memperhatikan dinamika kekuatan antara pribadi yang kadang-kadang menyulitkan kita untuk melindungi diri.

● KOMONIKASI. Karena setidaknya dibutuhkan dua orang untuk terjadinya penularan HIV, penting bagi kita untuk menyampaikanpencegahan HIV – kepada pasangan, keluarga, rekan kerja, dan tempat kita mendapatkan perawatan kesehatan.

● SERUAN . Pencegahan HIV membutuhkan lebih dari sekedar informasi. Karena mengubah tingkah laku untuk menghindari penularan kadang-kadang sulit, kita harus termotivasi untuk menggunakan metode pencegahan HIV yang efektif dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar tetap aman. Sebagai bahan tambahan, beberapa diantara kita mungkin secara efektif mulai menerapkan tingkah laku yang lebih aman tapi kemudian menghadapi masalah untuk meluruskan kebiasaan tersebut dalam jangka panjang.

PENULARAN SEKSUAL

Bagaimana saya dapat menghindari penularan HIV lewat hubungan seksual ?

Secara teknik, cara terbaik menghindari terpapar resiko terinfeksi HIV lewat hubungan seks.Ini bersrti menunda dimulainya aktifitas seks, atau jika aktif secara seksual, berhenti melakukan hubungan seks.

Sebagian dari kita mungkin sepenuhnya percaya kepada pasangannya dalam hubungan yang didasarkan pada kasih dan kesetiaan. Jika pasangan tersebut HIV- negatif, pencegahan HIV mungkin bisa berupa kesepakatan untuk tetap setia satu sama lain. Bagi orang lain, pendekatan ini bukan tanpa resiko. Banyak orang, khususnya perempuan, terinfeksi dalam hubungan dengan pasangan yang dicintai dan dipercayainya. Bagi individu yang aktif secara seksual dalam hubungan seks penetratif, kondom pria dan perempuan dari bahan lateks menjadi alat paling efektif dan mudah untuk diperoleh untuk mencegah penularan HIV.Kondom sebagai alat untuk pencegah penularan virus HIV/AIDS lewat hubungan seksual, namun hingga kini masih sangat sulit diterapkan pemakainnya di lingkungan masyarakat Indonesia.

Pencegahan HIV/AIDS diantara Injecting Drugs User (Pengguna Jarum Suntik)

Tujuan utama pencegahan adalah untuk menjamin bahwa setiap kali seorang IDU menyuntikkan narkoba, tindakan ini dilakukan dengan peralatan yang suci hama, atau paling tidak bersih, terutama jarum suntik. Jika tujuan ini tercapai, epidemi HIV dapat dikendalikan atau dicegah, dan ini akan menciptakan ruangbernapas bagi masyarakat untuk mengembangkan program pendidikan ataupun terapi ketergantungan.

Pendidikan dan Informasi

Kebutuhan dasar dalam mencegah penyebaran HIV di antara IDU adalah informasi apa dan bagaimana akibat HIV, bagaiman HIV ini menular dan bagaimana penularan ini dapat dicegah, dan bagaimana para IDU dapat mengubah perilakunya secara praktis untuk menghentikan penularan HIV.

Ketersediaan jarum Suntik yang Suci Hama

Penting untuk dipertimbangkan bahwa dalam proses ini terdapat dua unsur : Meningkatkan ketersediaan peralatan suntik hama, dan mengurangi keberadaan peralatan suntik bekas pakai, dan mungkin telah tercemar, dalam masyarakat.

Menyucihamakan Peralatan Suntik

Stategi yang seringkali diperkenalkan adalah penggunaan pemutih atau zat kimia lain untuk membersihkan dan menyucihamakan peralatan suntuik yang telah dipakai sebelum dipakai kembali.

Penularan Seksual dari Ibu-ke-Bayi

Semua ini penting terutama jika HIV telah menyebar melalui kelompok IDU, umumnya melalui penggunaan peralatan suntik bergantian, karena dalam keadaan inilah penularan seksual dan penularan dari ibu-ke-bayi menjadi penting dalam meluasnya epidemic.

IWEL TRIANA     29 MARET/24 JULI 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar