Sabtu, 14 Januari 2012

Hukum Kekekalan Galau??

Hukum Kekekalan Galau
 



“Galau tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tapi galau dapat diubah ke bentuk”

Teman-teman pasti pernah dengar tentang Hukum Kekekalan Energi di pelajaran fisika yang berbunyi, “energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah ke bentuk yang lain”. Pahami betul makna tersembunyi di dalam kalimat tersebut. Ini artinya tidak ada seorang pencipta atau pemusnah, yang ada adalah pengubah. Ini pula yang terjadi dengan galau. Baru saja teman saya dari UGM (Universitas Galau Masal) memberikan pendapat tentang GALAU dan INDONESIA. Saya rasa GALAU telah menjadi perhatian penting yang harus dibahas di Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN bahkan perlu melibatkan PBB dalam penyelesaian masalah ini. Kenapa seperti itu? Karena GALAU telah menjangkiti kehidupan masa kini.

Tapi tenang saudara-saudara, saya telah mengkaji lebih dalam reaksi pembentukan galau yang rupanya adalah sebagai berikut.
Reaksi pembentukan galau:

Л + 2Лζ → 10ζĢ + 4ή

Л         = jomblo
Лζ        = jejaring social
ζĢ       = status ga jelas (twitter dan facebook)
ή          =masalah

Reaksi pembentukan galau terjadi pada 2 reaksi kontinu yang sederhana oleh 2 reaktan (baca : penyebab) yaitu jomblo (J) dan jejaring sosial (JS). Jomblo ternyata menyebabkan reaktivitas yang tinggi pada jombloers (jomblowan dan jomblowati ) untuk mencari-cari pasangan agar menjadi lebih stabil. Jombloers akan berikatan secara kovalen dengan 2 jejaring sosial (twitter dan facebook) yang menyebabkan terbentuknya10 bahkan lebih  status ga jelas (SG). Status ga jelas yang direaksikan dengan masalah (M) dan tanggapan teman-teman di jejaring sosial akan menyebabkan peningkatan kadar emosi dalam tubuh. Emosi ini tersepon kembali dengan membentuk galau. Umumnya galau terjadi pada kondisi lingkungan vakum (baca : menyendiri atau teman galau semua).

Reaksi tersebut rupanya dapat diubah kebentuk yang lain. Kata temen galau masalku itu, masyarakat Indonesia juga rupanya pernah galau waktu menghadapi penjajah di masa itu. Kegalauan itu rupanya juga dirasakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Untung saja waktu itu belum ada jejaring sosial dan mental mereka tidak selemah pemuda sekarang, sehingga mereka tidak bisa meng-update status. Saya perkirakan kalau mereka hidup di zaman ini, status Bung Karno ketika ada twitter mungkin akan seperti ini:

“Pemuda sekarang menggalaukan hatiku. Ragu mau memproklamirkan kemerdekaan dari Jepang”. Lalu bung Hatta bilang “aku juga galau nih. Kongkow aja yuk biar gak galau lagi RT @bungkarno : Pemuda sekarang menggalaukan hatiku. Ragu mau memproklamirkan kemerdekaan dari Jepang”.

Entah apa jadinya Indonesia sekarang kalau waktu itu ada mall dan twitter, mungkin Jepang akan membuat mall sebanyak-banyaknya sehingga galau akan merajalela. Kemerdekaan Indonesia adalah bukti konversi galau oleh para pejuang bangsa menjadi sebuah kebebasan dar ipenjajahn. Jadi secara singkat bisa dibilang, galau itu bisa dikonversi menjadi suatu energy lain yang lebih bermanfaat. Ini adalah salah satu cara saya untuk mengekspresikan kebebasan menulis. entah jelek entah bagus, semua kuyakini dengan satu hal, “tidak pernah ada sesuatu yang benar-benar bagus apabila kita tidak pernah berbuat dan belajar dari pendapat orang lain”. So, pendapat kalian sangat berguna bagiku. Terimakasih

4 komentar: